Hai, we be right back…
Kali ini tema cerita ane Class of ninety
four, ok cekidot…
Tepat 19 tahun yang lalu seorang anak manusia
dilahirkan dari rahim ibunya. Kelak anak ini diharapkan dapat berguna bagi nusa
bangsa serta keluarga. Ia diberi nama yang cukup berat namanya, cukup member
tekanan kedalam diri anak tersebut. Bagaimana tidak kalau dilihat – lihat dan
ditelisik lebih dalam nama tersebut memilki arti yang dalam dan sarat makna.
Oleh karenanya, orang tua si anak ini tidak terlalu mebebankan hal-hal yang
tidak bisa dicapai kepadanya. Mereka sadar member tekanan dan harapan lebih
kepada anak ini hanyalah akan berdampak negative kedepannya. Bukannya akan
berkembang malah akan layu sebelum berkembang. Tapi mereka juga sadar bahwa ketika
anak ini terlalu diberi kebebasan untuk memilih dan bersikap maka dampaknya pun
akan fatal. Bisa saja karena zaman yang modern sekarang ini anak tersbut
terjerumus kedalam dunia hitam negeri ini. Kesadaran itu pula yang membuat
mereka mendidik anak-anak mereka dengan sikap disiplin dan penuh tanggung
jawab. Sikap disiplin dan tanggung jawab inilah kelak diharapkan menjadi nilai
jual kedepannya. Mereka tau mendidik anak dengan sikap yang keras terkebih
kasar hanyalah memperburuk suasana bukan mencairkan suasana, terlebih lagi
ketika anak tersebut bersikap acuh juga terhadap masadepan nya. Maka dari itu
mereka memberikan servis terbaik untuk si anak ini agar mendapatkan tujuan dan
harapan yang diinginkan. Namun kehidupan adalah kehidupan, kehidupan hanyalah
sandiwar hidup yangdilakoni di dunia demi kepentingan dunia. Hidup tidak selalu
berjalan lurus, hidup juga tidak selamanya berkelok kelok. Hidup juga member
arti lebih terhadap seni kehidupan yang lebih luas, hidup pula memberi
pengetahuan banyak tentang melakoni
sandiwara kehidupan. Kembali lagi ke anak ini, pelan pelan umurnya bertambah
lambat laun ia akan mengalami kerasnya batu karang kehidupan. Di usia remaja ia
diberikan fasilitas pendidikan yang memadai dari orang tuanya, namun apadaya
kemalasan dan ketidakmauan meruntuhkan semuanya. Setalah ia lulus dari usia
remaja kemudian menuju peralihan ke dewasa ia menemukan tantangan baru
kehidupan. Tantangan yang lebih berat tentunya, tantangan yang akan bisa
dilewati apabila mempunyai, memahami dan mengaplikasikan tujuan hidup dengan
benar. Tujuan hidup ini sangat penting baginya, karena apabila ia tidak
mempunyai tujuan hidup, maka ia tidak akan pernah bisa membawa perahunya
mencapai ke dermaga pelabuhan. Oleh karena itu ia mulai berpikir kemudian merancang
tujuan hidupnya merancang filosofi hidupnya serta mengaplikasikan hidupnya
kelak. Ia mulai berpikir untuk menjadi diri sendiri bukan menjadi orang lain,
bukan memainkan watak orang lain bukanpula menjadi wayang orang lain. Tapi lagi
lagi masalah yang dihadapinya kembali muncul, masalah klasik kebanyakan orang.
Masalah kemalasan, yak kemalasan adalah salah satu masalah terbesar dalam
kehidupannya. Ibarat filosofi sapu lidi kemalasan ini sangat susah dihancurkan
karena ia bersatu, dan dikendalikan oleh pikiran yang satu. Jika saja sapu lidi
ini dibagi akan bisa memecah konsentrasi dampaknya akan mudah kemalasan ini
dilenyapkan. Tapi itu hanya sebuah teori dan filosofi semata, hal itu hanyalah
referensi hidup. Persoalan sebenarnya adalah pengaplikasian hal – hal yangtelah
dirancang untuk menjadi kenyataan itu sebenarnya. Tapi ia akan terus berpikir
cara bagaimana mengaplikasikan hal hal tersebut dengan baik dan tepat. Di
usianya yang beranjak dewasa ia sedikit sedikit mulai berubah bermetamrfosis
menjadi lebih dewasa lagi kedepannya. Lebih berguna lagi kedapannya dan
tentunya menggapai cita-citanya yang sudah termaktub dalam kamus kehidupannya.
Sekian dari saya, lebih kurang saya mohon
maaf kepada Yang Di Atas saya mohon ampun, saya akhiri Semoga Beruntung.
Kesamaan tokoh, latar dan peristiwa hanyalah
kebetulan semata, tanpa unsur kesengajaan.
0 komentar:
Posting Komentar