Minggu, 30 Maret 2014

Codex Almentarius


Codex Almentarius

Makanan merupakan penopang kehidupan manusia. Tidak ada kehidupan tanpa makanan. Jadi, jika ada keinginan untuk mengurangi jumlah populasi manusia yang saat ini sudah mencapai miliiaran orang, maka lakukanlah sesuatu pada mereka.
Memang isu adanya konspirasi depopulasi  dunia yang hampir tak mampu lagi menyediakan makanan kepada miliaran mulut lapar sudah bukan barang baru. Mulai dari peyebaran wabah penyakit mematikan, degenerasi melalui vaksin, provokasi perang, merekayasa bencana alam hingga merekayasa makanan yang bisa mempengaruhi genetika manusia. Semua hampir terbukti sudah dilakukan oleh mereka yang menginginkan dunia tak lagi ramai. Sebuah dunia baru yang makmur yang diisi hanya oleh populasi pilihan. Dunia yang tanah dan lautnya masih mampu meyediakan makanan. Jika merunut kepada teori-teori konspirasi oleh gerbong zionis, maka angka ideal populasi ialah hanya 500 juta jiwa. Itu berarti mereka sedang merencanakan “pembunuhan” terhadap 93% populasi non pilihan.
Banyak yang terhenyak dengan pidato Dr. Rima Laibow dalam suatu forum internasional bernama National of Nutrition Professional  di tahun 2005. Dalam satu kesempatan ia menyatakan “Di tahun 1994, diam-diam, tanpa sepengetahuan masyarakat luas Amerika, Codex menyatakan bahwa gizi adalah racun, yang berarti berbahaya dan harus dihindari. Di bawah ketentuan Codex, semua sapi perah di muka bumi wajib diinjeksi dengan hormone pertumbuhan yang diproduksi oleh satu-satunya perusahaan, yakni MONSANTO (id.m.wikipedia.org/wiki/Monsanto). Dan lebih jauh lagi, semua hewan ternak yang digunakan sebagai bahan makanan di planet ini harus disusupkan anti biotik khusus dan hormon pertumbuhan buatan. Menurut perhitungan WHO dan FAO, jika proyek mereka ini terus berjalan tanpa hambatan berarti., WHO dan FAO memproyeksikan ketika diimplementasikan pada 31 Desember 2009, maka akan berdampak pada minimum kematian sekitar 3 miliar jiwa. Satu miliar lewat kematian secara langsung, mereka ini adalah orang-orang yang gagal di mata para korporasi dunia dan sisanya. 2 miliar jiwa akan menemui kematian akibat penyakit yang sesungguhnya bisa dicegah, yakni kurang gizi”. Laibow mengatakan bahwa mereka yang menguasai  makanan dan mampu membeli gizi saja yang akan hidup. Survival of the fittest,  kata teori Darwin dulu. Siapa yang mampu menyusuaikan diri yang akan selamat.
Proyek codex ini akan melakukan rekayasa dalam bahan pangan baik tumbuhan maupun hewan konsumsi dan mempropagandakan bahwa hal tersebut adalah aman dan menjadi pelindung kesehatan manusia. WTO dilibatkan untuk memberikan sanksi pada Negara-negara yang keras kepala yang tak mau mengikuti anjuran sehat ini. Bagi Negara –negara yang hidup di era Globalisasi maka sanksi WTO berarti kemunduran ekonomi. Tidak ada satupun Negara yang mau menjadi sanksi WTO.
      Ada satu  nama yang menarik muncul dari pernyataan Laibow, MONSANTO, sebuah perusahaan agrokimia dari Amerika Serikat. Nama ini menjadi menarik karena mereka juga terlibat masalah serius di Indonesia. Melalui anak perusahaan afliasinya, PT Monagro Kimia, mereka terlibat dalam kasus penyuapan yang melibatkan sejumlah pejabat penting di Departemen Pertanian Indonesia sekitar taun 2002. Tidak saja di Indonesia, kausus yang melibatkan Monsanto Co. yang bermarkas di st. Louis ini, juga disidik oleh Departemen Kehakiman dan Badan Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat. Siapa Monsanto sehingga ia disebut oleh Laibow sebagai salah satu pemain dalam proyek Codex? Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan bibit genetika di dunia. Intinya mereka merekayasa genetika tanaman menjadi (katanya) lebih baik dari sisi produktivitas maupun kualitasnya. Lalu apa bahayanya…? Bagaimanapun proses yang dilakukan secara rekayasa melawan alam, dan sangat besar kemungkinan terjadi kesalahan yang bisa berakibat fatal bagi ekosistem maupun nyawa manusia. Seorang peneliti teknologi bio-industri dari BPPT memperingatkan bahaya tanaman-tanaman transgenik hasil rekayasa seperti ini. Meskipun sepintas tanaman trasgenik menguntungkan, namun dalam jangka panjang ada bahaya yang mengintai keselamatan ekosistem dan manusia. Misalnya saja jagung BT yang kromosomnya sudah direkayasa dan diganti dengan kromosom bakteri tanah (Bacillus thuringiensis-BT) yang diproduksi di AS akan mengeluarkan sebentuk zat beracun yang menyebabkan hama ulat atau serangga akan mati ketika menggerayangi batang-batang jagung-BT. Petani tidak lagi membutuhkan racun pestisida untuk membasmi hama, karena ‘racun’ itu sudah ditanam ke dalam sel-sel bibit jagung rekayasa tersebut sebelumnya. Tapi, bagaimana menjamin keamanan karbohidrat dan protein jagung dari interaksi racun buatan dalam kromosomnya? Kemungkinan terjadinya perubahan proses kimiawi yang meyebabkan evolusi perubahan struktur kimia pada tanaman trasgenik sangat besar. Bisa saja terjadi asimilasi gizi dengan racun yang tidak diketahui tingkat bahayanya apabila dikonsumsi oleh manusia. Ketika ini terjadi maka bahan-bahan pangan transgenik bisa menjelma menjadi monster pencabut nyawa atau meyebabkan kecacatan genetik turunan. Jika benar ini merupakan rencana depopulasi melalui meja makan kita, maka waspadalah terhadap makanan.

Sumber : Suci Alfed. 2013. Konspirasi. Wahyu Media. Jakarta.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo