Dua tahun yang
lalu, ketika munculnya bibit perpecahan di persepakbolaan Nasional. Waktu itu
terdapat sekelompok orang yang dimotori oleh salah seorang pengusaha
kaya di Indonesia. Awalnya mereka merasa tidak puas dengan kinerja PSSI saat
itu. Mereka menilai bahwa seluruh elemen sepakbola nasional telah diracuni
dengan masalah suap menyuap, baik dari segi tim maupun yang lainnya. Apalagi
ada beberapa pertandingan yang diindikasikan telah diatur skor akhirnya. Maka
dari itu mereka yang berpendapat bahwa mereka benar dan bisa merubah kondisi
sepak bola nasional membentuk suatu liga tandingan yang nantinya liga ini
disebut liga yang bebas dari sogok – menyogok, atur – mengatur dan lain sebagainya.
Sayang kemunculan liga ini mendapat banyak tentangan dari tokoh-tokoh sepak
bola nasional. Mereka berependapat bahwa liga ini akan membuat masalah yang
besar dalam persepakbolaan nasional di kemudian hari. Namun, mereka yang
menggalakkan hal ini tetap bersikukuh dengan pendapat mereka. Dengan tidak
mengubris kritik-kritik yang berkembang di masyarakat liga ini pun resmi di
launching. Pada saat itu terdapat sejumlah tim yang ikut serta di liga ini. Ada
tiga tim yang dulunya mengikuti liga yang resmi waktu itu. Mereka beralasan
bahwa selama mereka mengikuti liga PSSI yang resmi pada waktu itu mereka selalu
terdzalimi. Disinilah sebenar nya awal mula perpecahan itu muncul. Liga yang diikuti oleh 15 tim peserta, yang hampir 80 %
tim baru di dunia persepabolaan tanah air. Tim-tim ini diberi modal oleh seorang pengusaha kaya indonesia dengan
nilai mencapai lima miliar. Modal ini diberikan dengan jaminan dikembalikan
setelah musim berikutnya bergulir dst. Tim mana yang tidak mau dengan besaran uang itu, namun tim-tim ISL tetap
dengan pendiriannya mereka tetap berada di kompetisi Legal tersebut. Tetapi ada
juga tim yang membelot, alasan mereka ingin mencari liga yang lebih fair play,
lebih adil dan jujur. Dengan ini pula tim yang berada di ISL hanya diikuti 15
tim. Seiring dengan perkembangan waktu dengan dilaksanakannya kongres luar
biasa di Solo terpilih lah ketua umum PSSI sekarang beserta jajarannya. Dengan
terpilihnya ketua PSSI saat itu memunculkan harapan bahwa dua liga yang
terdapat di tanah air segera diakhiri. Namun apa daya terpilih nya ketua yang
baru bukan memberikan efek positif justru sebaliknya. Beberapa usulan yang
dikemukakan mereka pun justru bertolak belakang dengan kampanye dia sebelum
terpilh. Ada beberapa masalah yang muncul saat itu, antara lain jumlah tim yang
mengikuti liga tertinggi berjumlah 26 tim, belum ada suatu liga yang berisikan
26 tim dalam satu kompetisi. Hal ini diperparah lagi dengan pemberian jatah
kepada beberapa tim yang mendapat sanksi dan tim yang dirasa memiliki nilai
historis yang tinggi. Tentu saja hal yang demikian menjadi masalah di federasi
waktu itu. Imbas nya apa?.... dengan tidak ada kata sepakat mengenai tim-tim
yang berlaga di kompetisi tertinggi membuat beberapa anggota exco meneruskan
liga yang dahulu, yaitu ISL dengan Federasi yang baru yaitu KPSI. Kemudian
Ketua PSSI saat itu pun langsung menjatuhkan sanksi kepada empat exco yang membelot dan
menjadikan liga yang dulunya legal menjadi ilegal dan liga yang dulunya ilegal
menjadi legal ironis memang. Setelah masing-masing kubu merasa dirinya benar
dan kompetisi yang terus berjalan. Tentunya ada agenda timnas yang harus
dijalani, ketika penentuan skuat timnas
pun terkendala dengan izin dari tim-tim ISL. Jadilah timnas saat itu menurun
prestasinya dan menjadikan peringkat FIFA turun drastis. Seiring dengan
berjalannya waktu, kemudian ada pergantian MENPORA dari Andi Malaranggeng ke
Roy Suryo, sebelumnya pubik menilai bahwa Sepakbola Indonesia tak akan selamat
dari sanksi FIFA. Namun berkat kerja nyata dari Menpora beserta seluruh elemen
yang terlibat membuat Indonesia bebas dari sanksi. Ditandai dengan bersatu nya
kembali federasi yang dulu sempat terpecahkan, kembalinya pemain-pemain berkualitas
ke dalam skuat timnas. Sekarang pun jutaan pecinta sepak bola tanah air menunggu
prestasi apa yang akan dibuat setelah rekonsiliasi ini tercipta..
0 komentar:
Posting Komentar