PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pada
domba kita dapat menentukan umur melalui beberapa cara, antara lain dengan
melihat susunan gigi, lingkar cincin pada tanduk serta tanduknya sendiri. Dalam
perkembangannya yang sering dilakukan untuk menentukan umur dengan cara melihat
susunan gigi pada domba. Karena susunan gigi dianggap lebih akurat ketika ingin
melakukan penentuan umur domba tersebut. Hal ini sangat bermanfaat ketika
masyarakat ingin membeli domba baik untuk diternak kan kembali maupun untuk
kebutuhan idul Adha. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
diantaranya manajemen pemeliharaan.
Kastrasi
atau yang lebih populer dan dikenal dengan istilah “pengebirian” adalah salah
satu aspek penting dalam tatalaksana pemeliharaan dan perawatan ternak potong.
Kastrasi adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan
fungsi dari alat reproduksi dengan jalan mematikan sel kelamin jantan dan
betina sehingga ternak bersangkutan tidak mampu menghasilkan keeturunan.
Kastrasi dapat dilakukan dengan jalan mengikat, mengoperasi maupun memasukan
cairan tertentu kedalam organ tubuh tertentu. Berdasarkan cara melakukan
kastrasi dikenal dua bentuk, yaitu kastrasi terbuka dan kastrasi tertutup.
Kastrasi terbuka atau tanpa melakukan pembedahan, biasanya dengan menggunakan
alat seperti karet, elistatoring
ataupun tangburdizo sedangkan kastrasi tertutup, yaitu melalui operasi atau
pembedahan. Pada sapi, domba dan babi perlakuan
kastrasi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, koefesien konversi makanan,
kualitas karkas (Turton, 1962), juga pada kecepatan metabolisme dan pertumbuhan
tulang (Rice, 1957).
Pemotongan
kuku pada domba sangat diperlukan dalam suatu usaha peternakan, karena dari
perawatan kuku ini dapat menghasilkan domba yang berkualitas. Domba yang selalu
berada dalam kandang akan mempunyai kuku yang lebih panjang dari pada domba
gembalaan. Oleh karena itu, pemotongan kuku perlu dilakukan secara teratur.
Keterlambatan dalam pemotongan kuku mengakibatkan kuku jadi panjang dan keras
sehingga sulit dipotong. Beberapa kerugian yang diakibatkan kuku ternak yang
panjang adalah kuku panjang akan mengakibatkan ternak susah berdiri dan
berjalan, ternak jantan susah untuk menaiki betina saat kawin, jika kuku patah
dapat terjadi luka dan infeksi. Penyakit kuku yang sering terjadi pada domba
disebabkan bagian bawah kuku panjang umumnya sangat kotor dan merupakan sumber
penyakit.
Docking adalah
pemotongan bagian ekor ternak sebagai bagian dari manajemen pemeliharaan
terutama untuk mempertahankan kebersihan dan mencegah timbunan kotoran pada
bagian ekor yang akan mengundang lalat dan parasit (Rosyidi, 1998). Disamping
itu docking dapat memperbaiki mutu karkas serta
meningkatkan laju pertumbuhan dan konversi pakan (Charles,1983).Ternak yang di docking memiliki simpanan lemak dan
kualitas daging yang lebih baik dari pada domba yang dipotong ekornya.
Pemotongan ekor(docking) merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas daging domba.
Pemberian
/ pemasangan nomor ini untuk mempermudah pengenalan atau identifikasi yang
dibutuhkan dalam recording untuk keperluan seleksi, kesehatan, produksi,
pertambahan berat badan dan lain-lain. Ada beberapa metode pemberian nomor pada
ternak antara lain: Destruktive method (pemberian nomor yang merusak bagian
tubuh domba) serta Non Destruktive method (pemberian nomor yang tidak merusak
bagian tubuh domba). Destruktive method meliputi eartag (anting), ear notoaer
(penyobekan), dan tatto (telinga). Non destruktive method meliputi kalungan,
memasukan kapsul atau chip ke dalam organ pencernaan (Bolus) dan kaki. Di benua
Eropa sistem penomoran ini telah memakai sistem EID (Elektronic ID) untuk
memudahkan pencatatan. EID ini sama halnya KTP pada manusia, cara kerjanya ada
sejumlah digit yang telah terprogam dan terpusat di suatu tempat, sehingga
ketika domba tersebut mengalami masalah maka akan mudah mencari tau dari mana
asal domba tersebut.
Tujuan
Penentuan
umur domba bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian obat serta kapan domba
tersebut siap untuk dikawinkan. Tujuan pemotongan kuku pada domba ialah,
kesehatan (sanitasi). Hal-hal yang meliputi sanitasi membersihkan kotoran yang
menumpuk, jika tidak dibersihkan akan menjadi sarang penyakit. Kemudian jika
kuku domba lama tidak dipotong akan menyebabkan kelenjar Interdigitalis terhambat, cairan yang terdapat di dalam kelenjar
tersebut sulit keluar. Ada dua tujuan yang ingin dicapai ketika melakukan
kastrasi, yaitu fungsi manajemen dan fungsi produksi. Pertama fungsi manajemen
domba akan lebih jinak sehingga memudahkan dalam penggembalaannya. Kedua fungsi
produksi domba yang telah dikastrasi hormon testoteronnya akan tersimpan.
Hormon yang tersimpan menyebabkan peningkatan kualitas daging dari domba
tersebut. Docking atau pemotongan
ekor bertujuan untuk kesehatan, produksi dan manajemen pencukuran wol serta
manajemen penanganan karkas. Tujuan penomoran adalah untuk melakukan recording
pada domba yang terdapat di dalam suatu peternakan.
METODE
Waktu
dan Pelaksanaan
Waktu
pelaksanaan praktikum penentuan umur pada hari sabtu, 04 Mei 2013 Pukul 14.30
sampai dengan pukul 17.00 WIB. Selanjutnya waktu pelaksanaan praktikum pemotongan kuku pada
hari sabtu 11 Mei 2013 pukul 14.30 WIB. Kemudian waktu pelaksanaan pemberian nomor
pada ternak pada hari sabtu, 18 Mei 2013 Pukul 14.30 WIB. Terakhir waktu pelaksanaan praktikum kastrasi dan pemotongan
ekor atau Docking pada hari sabtu, 01
Juni 2013 Pukul 14.30 sampai 17.00 WIB. Praktikum bertempat di kandang domba Kampus Gunung Gede.
Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum penomoran pada domba adalah, selang
dengan panjang lebih kurang 5-6 cm, tambang, lilin dan paku. sanitasi. Dalam
melakukan pemotongan kuku alat dan bahan yang digunakan adalah, sikat, larutan
formalin, handuk/lap, gunting dan rennet. Dalam melakukan kastrasi alat dan
bahan yang digunakan adalah, pisau scapel, gunting, tang burdizo dan elistatoring. Dalam melakukan pemotongan
ekor atau Docking alat dan bahan yang
digunakan adalah, iodine, gunting, stabilizer,
elistatoring, electric dockker,
tempat pembaringan domba serta pembatas antara bagian tubuh domba dan ekor
domba yang berbentuk seperti dayung.
Metode
Pelaksanaan
Sebelum
masuk ke dalam pelaksanaan kegiatan pengukuran tubuh domba, ada baiknya sebelum
melakukan praktikum melaksanakan kegiatan sanitasi kandang terlebih dahulu.
Tujuan dilaksanakannya sanitasi kandang ini adalah sebagai upaya meminimalisir
perkembangan bibit penyakit di lingkungan kandang. Setelah sanitasi kandang
telah dilaksanakan barulah kemudian melakukan kegiatan utama, yaitu praktikum
penentuan umur pada domba. Penentuan umur pada domba yang dilakukan adalah
dengan memeriksa umur gigi dari si domba apakah gigi serinya sudah aus atau
belum. Kemudian setiap mahasiswa ditanya berapa umur domba ini, masing-masing
mahasiswa berbeda-beda domba yang diuji.
Selanjutnya
tata pelaksanaan praktikum pemotongan kuku pada domba adalah hal pertama
siapkan terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum
nantinya. Setelah alat-alat yang digunakan telah siap, bersihan bagian kaki
domba yang akan dipotong kukunya agar dalam pemotongan lebih efektif.
Selanjutnya setelah kuku domba dipotong dicelupkanke dalam larutan formalin
agar kaki domba steril setelah dilakukan pemotongan kuku.
Tata
laksana dalam praktikum pemberian nomor ternak adalah siapkan terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan. Selanjutnya identifikasi terlebih dahulu ternak
yang akan diberi nomor. Hal ini bertujuan agar penomoran ini terarsip di
peternakan tersebut sehingga memudahkan ketika terjadi masalah kesehatan dan
lain-lain. Kemudian ukur terlebih dahulu tambang yang akan digunakan, ukuran
tambang yang menyesuaikan ukuran leher domba akan menyebabkan domba merasa
nyaman. Setelah itu lubangi selang sesuai nomor yang telah ditentukan. Setelah
selesai selang kemudian digabungkan dengan tali untuk selanjutnya dipasang ke
domba yang telah diidentifikasi.
Tata
laksana dalam pemotongan ekor. Dalam melakukan pemotongan ekor atau Docking hal yang harus diperhatikan
adalah domba yang akan di Docking
adalah domba yang masih berusia muda. Domba yang berusia muda pertulangannya
masih belum terlalu keras, sehingga memudahkan dalam Docking. Docking
dilakukan harus dengan kepercayaan diri yang tinggi agar hasilnya bagus. Docking menggunakan alat doccker
sehingga domba yang di Docking tidak
merasa sakit. Setelah di Docking
domba di diamkan terlebih dahulu dan diberi iodine supaya ekornya tidak
terinfeksi. Domba yang telah di Docking
diberi pakan supaya energinya kembali lagi.
Tata
laksana kastrasi dalam praktikum kali ini hanya demonya saja, karena subyek
yang akan di kastrasi tidak ada. Melakukan kastrasi adalah sepertiga ujung
scrotum dipotong dengan pisau scapel, kemudian ibu jari dengan jari telunjuk
kiri menakan atau menarik tes-tes keluar. Setelah itu potong saluran
penggantungannya, bekas potongan scrotum tadi diolesi tintur 10 % agar tidak
terjadi infeksi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Penentuan Umur
pada domba
Penentuan
umur domba bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian obat serta kapan domba
tersebut siap untuk dikawinkan. Pendugaan umur seekor ternak menjadi sangat
penting untuk diketahui, khususnya bagi peternak bahkan mutlak. Ketrampilan
tersebut juga seharusnya dimilki oleh tenaga-tenaga ahli lapangan sehingga
tidak terjadi kecurangan-kecurngan dari kedua belah pihak. Banyak cara untuk
mengetahui umur ternak dalam hal ini saya akan membahas cara menduga umur
melalui gigi. Adapun rumus gigi yang biasnya dipakai adalah
Kondisi Gigi Seri
|
Perkiraan Umur
|
Keterangan
|
Gigi seri susu sudah lengkap
|
1 tahun
|
I0 = <1tahun
|
2 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
1-1,5 tahun
|
I1= 1-1,5tahun
|
4 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
2-3 tahun
|
I2=1,5-2tahun
|
6 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
3-4 tahun
|
I3=2,5-3tahun
|
8 gigi seri susu sudah berganti gigi tetap
|
4-5 tahun
|
I4=3,5-4tahun
|
Gigi seri tetap
sudah mulai aus dan tanggal
|
> 5tahun
|
|
Tanggal Pengamatan
|
4 Mei 2013
|
No Ternak
|
05
|
Jenis Kelamin
|
Jantan
|
Warna
|
Putih
|
Perkiraan umur
|
1,5 – 2 tahun
|
Dari
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa domba yang kami amati adalah domba jantan
yang berumur 1,5 sampai 2 tahun. Karena pada domba tersebut 4 gigi seri susu
sudah berganti dengan gigi tetap.
Faktor
umur pada domba sangat penting diketahui karena berkaitan dengan program
pemeliharaan domba, seperti pemilihan calon induk atau pemilihan bakalan domba
yang akan digemukkan ataupun yang lainnya. Domba dan ruminansia lainnya
memiliki gigi depan pada rahang bawah dan rahang atas. Mereka juga memiliki
geraham untuk grinding makanan
mereka. Menurut penelitian, domba memiliki 32 gigi permanen, susunannya adalah
delapan gigi seri yang lebih rendah, tidak ada gigi seri atas, 12 geraham pada
rahang atas dan 12 gigi molar pada rahang bawah. Gigi ternak mengalami erupsi
secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak memilki karakteristik tertentu
sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan
yang dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi (Heath dan Olusan, 1988).
Pemotongan
kuku pada domba.
Pada
pemeliharaan domba yang digembalakan, jarang dijumpai kuku domba yang
memanjang, karena kuku tersebut sudah aus akibat bergesekan dengan bebatuan
atau tanah keras. Namun, untuk pemeliharaan dikandang kuku kurang mengalami aus
karena kurangnya gesekan antara kuku kaki dengan benda-benda yang bisa
mengakibatkan kuku aus. Kuku yang panjang akan menyebabkan domba kurang nyaman
ketika berjalan. Kuku yang panjang jika patah akan menyebabkan infeksi pada
kaki domba tersebut jadi perawatan kuku pada domba sangat diperlukan jika ingin
menghasilkan produksi domba yang tinggi. Oleh sebab itu pemotongan kuku
sebaiknya dilakukan 3-6 bulansekali. Kuku yang dipotong adalah kuku bagian
terluar atau kuku yang tidak memililki jaringan pembuluh darah. Bila terkena
jaringan syaraf atau pembuluh darah domba yang dipotong kukunya akan mengalami
perdarahan. Pemotongan kuku dilakukan dengan cara ternak dipegang atau
dihandling dalam posisi duduk di antara kedua kaki pemotong atau dipegang oleh
orang lain. Selanjutnya, kotoran pada kuku bagian bawah dibersihkan dan kuku
yang panjang dipotong.
Pada
saat melakukan pemotongan kuku pada domba di kandang banyak dijumpai
domba-domba yang kukunya kurang terawat dan panjang-panjang. Hal ini mungkin
dikarenakan dari sistem kandangnya yang kurang menunjang sehingga pertumbuhan
kuku menjadi tidak terkontrol. Kemudian banyak domba yang ketika tidak
digembalakan maka kukunya akan panjang dalam hal ini domba yang dipelihara di
kandang domba gunung gede juga seperti itu. Sistem kandang yang baik akan
menyebabkan pertumbuhan kuku tidak terlalu cepat sehingga membuat peternak
tidak terlalu memikirkan baiaya pemotongan kuku. Cukup mereka membuat sistem
kandang dengan kontruksi yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyebabkan
gesekan-gesekan untuk menjadi kan kuku domba menjadi cepat aus.
Pemberian
nomor pada ternak domba
Pemberian atau pemasangan nomor
baik secara destructive method ataupun
non destructive method adalah untuk
mempermudah pengenalan atau identifikasi yang dibutuhkan dalam recording untuk keperluan seleksi, kesehatan,
produksi, pertambahan berat badan dan lain-lain. Secara destructive method yang
berarti pemberian nomor secara merusak bagian tubuh domba / ternak yang
meliputi eartag, earnoter, serta tatto. Pemasangan ear-tagg ini
dapat dilakukan pada ternak yang mempunyai daun telinga lebar / besar,
sedangkan untuk ternak yang daun telinga
kecil (bangsa garut) sulit dilakukan. Pemasangan ear-tagg dapat dilakukan pada salah satu telinga ternak. Umumnya pemasangan ear-tag sebalah kiri untuk betina dan kanan untuk jantan.
Sedangkan earnoter ataupun tatto jarang dilakukan apalagi untuk
pasar ternak Indonesia. Sedangkan yang banyak dilakukan di peternakan Indonesia
yang sebagian besar peternakan nya dimilki oleh rakyat nondestructive method yang meliputi kalungan, bolus dan kaki banyak diakukan di Indonesia. Khusus kalungan
sangat banyak dipakai pada peternakan di Indonesia. Kalungan selain efektif dan
effesien barang yang akan digunakan lebih mudah dicari, mudah digunakan dan
relatif murah. Sehingga tidak menguras kantong peternak. Dalam praktikum ini
kami melakukan penomoran dengan menggunakan media kalungan. Pertama
identifikasi terlebih dahulu ternak yang akan diberi nomor identifikasi setelah
itu lakukan tahap-tahapan yang telah dianjurkan. Pada peternakan di eropa sudah
jarang ditemui bahkan tidak ada lagi yang memakai sistem ini, mereka telah
memakai EID (Electric ID) yang berfungsi membaca chip yang terdapat di domba
tersebut, sehingga memudahkan petugas untuk mengontrol ternak jika ada yang
sakit ataupun lainnya.
Berikut contoh recording pada
saat melaksanakan penomoran:
No Ternak :
11 Nama :
Tanggal Penomoran :
18 Mei 2013 Umur : < 1 tahun
Bobot Ternak :
17,90 kg Bangsa : Ekor Gemuk
Warna :
Putih Kelamin : Jantan
Keturunan
No Induk
No Pejantan
Tanggal Kelahiran
Penimbangan
|
Keteranngan
|
Tanggal
|
Bobot
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel Pengamatan
Recording juga digunakan untuk
pemilihan bibit, sumber bibit di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu sumber
dari pasar hewan dan dari perusahaan pembibitan. Di Indonesia sumber bibit dari
perusahaan belum ada. Hal ini menyebabkan recording ini sangat diperlukan
sehingga indukan yang mana yang lebih unggul dan dapat diseleksi. Hasil seleksi
akan menghasilkan indukan yang berkelas dan mengahasilkan anakan yang
berkualitas. Dari peternak sendiri akan diuntungkan karena mereka tidak susah
payah lagi untuk mencari bibit yang berkualitas mereka sendiri bisa
menghasilkan bibit yang berkualitas bagi peternakannya.
Kastrasi pada ternak domba.
Kastrasi atau penggebirian adalah salah
satu aspek penting dalam tatalaksana ternak potong. Kastrasi adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk
menghilangkan fungsi dari alat reproduksi dengan jalan mematikan sel kelamin
jantan maupun betina sehingga ternak bersangkutan tidak mampu menghasilkan
keturunan. Kastrasi dapat dilakukan
dengan jalan mengikat, mengoperasi ataupun memasukan bahan kimia ke dalam organ
tubuh tertentu. Kastrasi tidak
dilakukan oleh peternak Indonesia, Kastrasi
lebih banyak dilakukan pada peternakan luar negeri. Manfaat yang ditimbulkan
ketika melakukan Kastrasi antara lain
mengurangi biaya produksi atau pemborosan biaya yang tidak diinginkan,
mendapatan ternak yang bertempramen lebih jinak sehingga memudahkan dalam
menghandel ternak tersebut. Ternak yang jinak lebih cenderung sedikit aktivitas
geraknya sehingga energinya bisa dihemat untuk pembentukan daging. Kastrasi terbagi menjadi dua, yaitu Kastrasi terbuka dan tertutup atau
melalui pembedahan. Kastrasi tertutup
biasanya dilakukan terhadap ternak yang memilki alat kelamin menggantung dan
menjauh dari tubuh misalnya seperti pada ternak kambing dan sapi. Sedangkan Kastrasi terbuka umum dilakukan pada
ternak yang kelaminnya menempel atau dekat dengan tubuhnya contohnya ternak
babi.
Kastrasi tertutup menggunakan
tang burdizzo digunakan untuk menjepit leher secrotum (saluran tes-tes) pada ternak domba yang sudah dewasa. Dengan
tujuan untuk menghambat saluran tes-tes dan akhirnya fungsi tes-tes semakin
lama semakin mengering cara ini tidak menimbulkan luka dan pendarahan maka dari
itu kastrasi ini disebut dengan metode
tertutup. Kastrasi dengan tang burdizzo dapat menimbulkan kegagalan kalau cara
penjepitannya kurang sempurna. Tujuan
penjepitan diarahkan pada pada pemutusan hubungan penyediaan darah darah ke
tes-tes dan pemutusan saluran mani dan tes-tes serta menjaga agar dalam proses
degenerasi secrotum tidak terjadi
pembusukan. Penjepitan dilakukan 2 kali : yang pertama dilakukan pada saluran
mani / leher secrotum yang kiri selama kurang dari 15 menit dan yang kedua pada saluran secrotum / leher secrotum yang kanan
dengan lama penjepitan selama 15 menit. Supaya tidak terjadi kerusakan pada
secrotum maka penjepitan harus diberi
jarak antara tes-tes sebelah kanan dan kirinya. Pelaksaan penjepitan agar
miring, maksudnya agar masih ada saluran / hubungan pengaliran udara pada secrotum
lewat kulit secrotum. Yang paling baik, pelaksaan kastrasi ini dilakukan pada
ternak yang berumur 2-4 bulan. Untuk
melihat hsil akhir pelaksaan kastrasi, kita dapatmelihatnya pada bulan
berikutnya. Bila secrotum yang dijepit itu tetep tumbuh besar maka kastrasi
tersebut dikatakan gagal sedangkan apabila secrotum itu mengecil dan hilang
sama sekali itu berarti kastrasi kita berhasil. Elastrator adalah alat untuk
merentangkan karet elastrator (berbentuk cincin / semacam gelang). Sehingga
karet tersebut dengan mudah dapat dipasang diatas bagian secrotum, mengelilingi
dan mengikat leher secrotum. Dengan cara ini saluran tes-tes dan saluran darah
yang menuju kearah secrotum terputus.Cara kastrasi dengan karet ini paling
mudah untuk dilakuan dan hasilnya sangat memuaskan. Bekas kastrasi ini halus
dan rata pada dinding perut.
Dalam
kondisi atau suasana di daerah pedesaan, pelaksanaan Kastrasi terkadang tidak mengikuti prosedur atau sejalan dengan
standar operasional kesehatan yang diinginkan. Misalnya, kalau tidak tersedia
alat potong atau alat bedah, maka masyarakat menggunakan bambu yang
diruncingkan untuk memudahkan petrnak melakukan pembedahan atau pemotongan. Kastrasi akan menguntungkan pada
peternakan sistem ektensif atau ranch, dengan persediaan makanan yang kurang
baik.
Pemotongan
Ekor (Docking)
Pemotongan
Ekor atau docking,adalah pemotongan
bagian ekor ternak sebagai bagian dari manajemen pemeliharaan terutama untuk
mempertahankan kebersihan dan mencegah timbunan kotoran pada bagian ekor yang
akan mengundang lalat dan parasit (Rosyidi, 1998). Disamping itu dociking dapat memperbaiki mutu karkas
serta meningkatkan laju pertumbuhan dan konversi pakan (Charles, 1983), serta
lemak yang didocking memiliki
simpanan lemak dan kualitas daging yang lebih baik dari pada domba yang tidak
dipotong ekornya. Pemotongan ekor (docking)
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas daging domba dan
diharapkan dapat memperbaiki distribusi lemak yang semula terkumpul pada ekor.
Pemotongan
ekor domba yang dilakukan di dalam praktikum menggunakan tang burdizo,
mekanisme nya dengan menghandling ternak terlebih dahulu di tempat yang telah
disediakan. Kemudian electric dokker yang telah dipanaskan pada suhu 6000c
langsung digunakan untuk memotong ekor domba. Usahakan pada saat memotong domba
semua bagian yang akan dipotong, yaitu pada ruas 3 dan 4 sudah dihilangkan
bulunya hal ini bertujuan agar bulu domba tidak terbakar sewaktu dilakukannya docking. Setelah electric dokker
ditempelkan di ekor domba diam kan beberapa saat sampai bagian ekor domba
benar-benar putus dan mengering. Setelah itu olesi ekor yang telah dipotong
tadi menggunakan iodine agar hasil docking
tadi tidak terinfeksi. Selanjutnya lepaskan domba dan beri makan setelah
dilakukannya proses docking.
KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara kastrasi, penentuan
umur domba, cara memotong kuku, cara memotong ekor ataupun cara melakukan
penomoran pada ternak domba. Hal-hal yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa
ketika di lapangan, karena di lapangan kita dihadapkan kepada aplikasi nyata
bukanlah teori, sehingga kemampuan menguasai teknik-teknik yang telah diajarkan
sangat berguna ketika berada di lapangan. Penentuan umur domba walaupun banyak
cara untuk menentukan umur domba, namun yang paling mudah adalah penentuan umur
melalui gigi, selain hasilnya lebih akurat dan tidak terlalu susah. Memotong
kuku adalah suatu kewajiban setiap peternak ada baiknya sistem kontruksi
kandang diperbaiki untuk mengurangi kecepatan frekuensi memotong kuku, jika
konstruksi kandang baik maka pemotongan kuku tidak terlalu sering. Penomoran
sangat diperlukan setiap peternakan di Indonesia kedepannya, karena kita
membutuhkan record domba dari setiap peternakan di Indonesia dalam hal proses
pemuliaan domba lokal maupun eximpor. Sehingga kedepannya Indonesia bisa
menghasilkan lebih banyak bibit-bibit domba yang berkualitas. Kastrasi dan docking adalah suatu hal yang berdampak positif bagi produksi domba
sebenarnya, namun untuk peternakan Indonesia hal ini tidak dilakukan karena
bertentangan dengan kebisaan masyarakat Indonesia, yang mayoritas penduduknya
muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Sutama
I-K dan IGM Budiarsana. 2011. Panduan
Lengkap Kambing dan Domba. Jakarta. Penebar Swadaya.
Rosyidi
D.2000.Jurnal Ilmiah Habitat.Perpustakaan.bappenas.go.id
Charles,
A.B. 1983. Sheep Production in the
Tropics and sub tropics. Longman Singapore Publishers. Ltd. Singapore
LAMPIRAN