Codex
Almentarius
Makanan merupakan penopang kehidupan
manusia. Tidak ada kehidupan tanpa makanan. Jadi, jika ada keinginan untuk
mengurangi jumlah populasi manusia yang saat ini sudah mencapai miliiaran
orang, maka lakukanlah sesuatu pada mereka.
Memang isu adanya konspirasi
depopulasi dunia yang hampir tak mampu
lagi menyediakan makanan kepada miliaran mulut lapar sudah bukan barang baru.
Mulai dari peyebaran wabah penyakit mematikan, degenerasi melalui vaksin, provokasi
perang, merekayasa bencana alam hingga merekayasa makanan yang bisa
mempengaruhi genetika manusia. Semua hampir terbukti sudah dilakukan oleh
mereka yang menginginkan dunia tak lagi ramai. Sebuah dunia baru yang makmur
yang diisi hanya oleh populasi pilihan. Dunia yang tanah dan lautnya masih
mampu meyediakan makanan. Jika merunut kepada teori-teori konspirasi oleh
gerbong zionis, maka angka ideal populasi ialah hanya 500 juta jiwa. Itu
berarti mereka sedang merencanakan “pembunuhan” terhadap 93% populasi non
pilihan.
Banyak yang terhenyak dengan pidato Dr.
Rima Laibow dalam suatu forum internasional bernama National of Nutrition
Professional di tahun 2005. Dalam
satu kesempatan ia menyatakan “Di tahun 1994, diam-diam, tanpa sepengetahuan
masyarakat luas Amerika, Codex menyatakan bahwa gizi adalah racun, yang berarti
berbahaya dan harus dihindari. Di bawah ketentuan Codex, semua sapi perah di
muka bumi wajib diinjeksi dengan hormone pertumbuhan yang diproduksi oleh
satu-satunya perusahaan, yakni MONSANTO (id.m.wikipedia.org/wiki/Monsanto). Dan lebih jauh lagi, semua hewan
ternak yang digunakan sebagai bahan makanan di planet ini harus disusupkan anti
biotik khusus dan hormon pertumbuhan buatan. Menurut perhitungan WHO dan FAO,
jika proyek mereka ini terus berjalan tanpa hambatan berarti., WHO dan FAO
memproyeksikan ketika diimplementasikan pada 31 Desember 2009, maka akan
berdampak pada minimum kematian sekitar 3 miliar jiwa. Satu miliar lewat
kematian secara langsung, mereka ini adalah orang-orang yang gagal di mata para
korporasi dunia dan sisanya. 2 miliar jiwa akan menemui kematian akibat
penyakit yang sesungguhnya bisa dicegah, yakni kurang gizi”. Laibow mengatakan
bahwa mereka yang menguasai makanan dan
mampu membeli gizi saja yang akan hidup. Survival of the fittest, kata teori Darwin dulu. Siapa yang mampu menyusuaikan
diri yang akan selamat.
Proyek codex ini akan melakukan rekayasa
dalam bahan pangan baik tumbuhan maupun hewan konsumsi dan mempropagandakan
bahwa hal tersebut adalah aman dan menjadi pelindung kesehatan manusia. WTO
dilibatkan untuk memberikan sanksi pada Negara-negara yang keras kepala yang
tak mau mengikuti anjuran sehat ini. Bagi Negara –negara yang hidup di era
Globalisasi maka sanksi WTO berarti kemunduran ekonomi. Tidak ada satupun
Negara yang mau menjadi sanksi WTO.
Ada
satu nama yang menarik muncul dari
pernyataan Laibow, MONSANTO, sebuah perusahaan agrokimia dari Amerika Serikat.
Nama ini menjadi menarik karena mereka juga terlibat masalah serius di
Indonesia. Melalui anak perusahaan afliasinya, PT Monagro Kimia, mereka
terlibat dalam kasus penyuapan yang melibatkan sejumlah pejabat penting di
Departemen Pertanian Indonesia sekitar taun 2002. Tidak saja di Indonesia,
kausus yang melibatkan Monsanto Co. yang bermarkas di st. Louis ini, juga
disidik oleh Departemen Kehakiman dan Badan Pengawas Pasar Modal Amerika
Serikat. Siapa Monsanto sehingga ia disebut oleh Laibow sebagai salah satu
pemain dalam proyek Codex? Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan bibit
genetika di dunia. Intinya mereka merekayasa genetika tanaman menjadi (katanya)
lebih baik dari sisi produktivitas maupun kualitasnya. Lalu apa bahayanya…?
Bagaimanapun proses yang dilakukan secara rekayasa melawan alam, dan sangat
besar kemungkinan terjadi kesalahan yang bisa berakibat fatal bagi ekosistem
maupun nyawa manusia. Seorang peneliti teknologi bio-industri dari BPPT
memperingatkan bahaya tanaman-tanaman transgenik hasil rekayasa seperti ini.
Meskipun sepintas tanaman trasgenik menguntungkan, namun dalam jangka panjang
ada bahaya yang mengintai keselamatan ekosistem dan manusia. Misalnya saja
jagung BT yang kromosomnya sudah direkayasa dan diganti dengan kromosom bakteri
tanah (Bacillus thuringiensis-BT) yang diproduksi di AS akan
mengeluarkan sebentuk zat beracun yang menyebabkan hama ulat atau serangga akan
mati ketika menggerayangi batang-batang jagung-BT. Petani tidak lagi
membutuhkan racun pestisida untuk membasmi hama, karena ‘racun’ itu sudah
ditanam ke dalam sel-sel bibit jagung rekayasa tersebut sebelumnya. Tapi,
bagaimana menjamin keamanan karbohidrat dan protein jagung dari interaksi racun
buatan dalam kromosomnya? Kemungkinan terjadinya perubahan proses kimiawi yang
meyebabkan evolusi perubahan struktur kimia pada tanaman trasgenik sangat
besar. Bisa saja terjadi asimilasi gizi dengan racun yang tidak diketahui tingkat
bahayanya apabila dikonsumsi oleh manusia. Ketika ini terjadi maka bahan-bahan
pangan transgenik bisa menjelma menjadi monster pencabut nyawa atau meyebabkan
kecacatan genetik turunan. Jika benar ini merupakan rencana depopulasi melalui
meja makan kita, maka waspadalah terhadap makanan.
Sumber
: Suci Alfed. 2013. Konspirasi. Wahyu Media. Jakarta.